Senin, Juni 10, 2013

MAKALAH OMRS RAWAT INAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien menerima pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit sebagai provider, pasien akan merasa puas jika kualitas pelayanan rumah sakit lebih tinggi atau setidaknya sama dengan yang diharapkan pasien. Menelaah masalah kualitas pelayanan terutama pelayanan kesehatan di rumah sakit tidaklah mudah karena disatu sisi mempunyai tanggung jawab sosial dengan memberikan pelayanan kesehatan secara manusiawi, tetapi di sisi lain juga harus memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi menyangkut penyelenggaraan rumah sakit yang memerlukan biaya investasi, operasional dan pemeliharaan yang begitu besar. Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan tersebut.
Pelayanan medik khususnya medik spesialistik merupakan salah satu ciri dari Rumah Sakit yang membedakan antara Rumah Sakit dengan fasilitas pelayanan lainnya. Kontribusi pelayanan medik pada pelayanan di Rumah Sakit cukup besar dan menentukan ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek jenis pelayanan, aspek keuangan, pemasaran, etika dan hukum maupun administrasi dan manajemen Rumah Sakit itu sendiri. Bukan rahasia lagi pengaturan pelayanan medik khususnya medik spesialistik sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala, tenaga spesialis masih kurang dan belum merata di berbagai daerah di Indonesia, ketidak seimbangan tenaga medik dan sarana dan prasarana alat kesehatan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, berbagai peraturan yang belum dilaksanakan dengan baik, perilaku dokter sebagai tenaga medis dan lain-lain yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kualitas pelayanan medik di Rumah Sakit. Adanya krisis moneter yang saat ini melanda Negara Kita, pembiayaan kesehatan makin meningkat, sedangkan daya beli masyarakat makin menurun cukup mempengaruhi pelayanan Rumah Sakit khususnya pelayanan medik. Namun demikian keadaan ini jangan dijadikan alasan untuk menurunkan mutu pelayanan medik, kita harus tetap berpegang pada profesionalisme dan etika profesi. Apalagi saat ini telah terjadi reformasi di bidang kesehatan dimana profesionalisme merupakan salah satu strategi untuk mencapai visi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2015. Di lain pihak saat ini Rumah Sakit menghadapi era globalisasi dengan persaingan dari pihak Penanam Modal Asing yang lebih unggul baik dari segi sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana maupun keuangannya. Pelayanan medik dan keperawatan merupakan subsistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual. Cara pemberian pelayanan berbentuk suatu kerja sama yang menghasilkan pelayanan kepada pasien yang bersifat terus menerus selama 24 jam/hari dan 365 hari/tahun.
Dalam rangka koordinasi dan efisiensi, perlu diketahui persamaan, perbedaan maupun pemersatu dari masing-masing subsistem tersebut, sehingga dapat diwujudkan pengembangan pelayanan medik dan keperawatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian. Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah sakit.
Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah diupayakan penyelenggaraannya oleh petugas tidak bisa optimal ( PGRS, 2003 ). Menurut Moehyi (2002), beberapa faktor penyebab kekurangan gizi di Rumah Sakit umumnya karena dua sebab, pertama asupan gizi yang kurang bisa disebabkan oleh nafsu makan yang kurang sehingga intake berkurang dan kedua kerena infeksi penyakit. Upaya pemenuhan zat gizi bagi pasien di Rumah Sakit adalah tanggung jawab nutrisionis, preskripsi yang sesuai dengan tujuan pelayanan gizi Rumah Sakit akan tercapai bila tim asuhan gizi dibantu oleh panitia asuhan gizi bekerja dengan sebaik – baiknya (Catur, A 2003).




B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap ?

C. Tujuan
            1.  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit.
            2.  Untuk mengetahui tentang Manajemen Pelayanan Rawat Inap.





























BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Rawat Inap
1.    Pengertian Pelayanan Rawat Inap
Rawat inap  (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien (Posma 2001 yang dikutip dari Anggraini (2008).
a. Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai kebutuhan
b. Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:
1)      Apa yang mereka kehendaki
2)      Kapan mereka menghendaki
3)      Siapa yang ingin mereka temui
4)      Mengapa mereka menginginkannya
5)      Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan pekerjaan tersebut.

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI 1997 yang dikutip dari Suryanti (2002)).






2. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap
a. Penerimaan Pasien ( Admission )
b. Pelayanan Medik
c. Pelayanan Penunjang Medik
d. Pelayanan Perawatan
e. Pelayanan Obat
f. Pelayanan Makanan
g. Pelayanan Administrasi Keuangan

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:        
1)      Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat  tinggal di rumah sakit.
2)      Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan diagnosisnya. Tahap Treatment,yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam program perawatan dan therapi.
3)      Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
4)      Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.

3. Sistem Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit
            a. Alur Proses Pelayanan Pasien di Unit Rawat Inap
        Alur proses pelayanan pasien unit rawat inap akan mengikuti alur sebagai berikut :
1) Bagian Penerimaan Pasien ( Admission Departement )
2) Ruang Perawatan
3) Bagian Administrasi dan Keuangan



4. Klasifikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
a.    Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu seperti berikut:
1)      Kelas Utama (termasuk VIP) 
2)      Kelas I
3)      Kelas II dan Kelas III
b.  Klasifikasi pasien berdasarkan kedatangannya
1)  pasien baru
2)  pasien lama
c.  Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1) Dikirim oleh dokter rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter luar
3) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
4) Datang atas kemauan sendiri

5. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a.    Penampilan keprofesian atau aspek klinis, Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainya.
b.    Efisiensi dan efektifitas, Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c.    Keselamatan Pasien, Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien
d.   Kepuasan Pasien, Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Jacobalis (1993), pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit erat kaitanya dengan:
a.    Dokter, perawat atau petugas kesehatan
b.    Aspek hubungan antar manusia.
c.    Kemanusiaan.
d.   Kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan.

e.    Peralatan dan perlengkapan.
f.     Biaya pengobatan.

6. Tujuan Pelayanan Rawat Inap
a.    Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya.
b.    Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik antara unit maupun antara profesi.
c.    Menyediakan tempat/ latihan/ praktek bagi siswa perawat.
d.   Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk meningkatkan keterampilannya dalam hal keperawatan.
e.    Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan berkembangnya gagasan yang kreatif.
f.     Mengandalkan evaluasi yang terus menerus mengenai metode keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.
g.    Memanfaatkan hasil evaluasi tersebut sebagai alat peningkatan atau perbaikan praktek keperawatan dipergunakan.

7Ruang pasien rawat inap
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.
8. Ruang Post Perawat
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
9. Ruang Konsultasi
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya.

10.  Ruang Tindakan
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun non-invasive.

B. Manajemen Pelayanan Medik
1.         Manajemen Pelayanan Medik
a.    Menurut PP No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga kesehatan
b.    Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis adalah lulusan Fakultas Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna" yang memberikan pelayanan medik dan penunjang medik.
c.    Pelayanan medik di Rumah Sakit : adalah salah satu jenis pelayanan Rumah Sakit yang diberikan oleh tenaga medik.
d.   Manajemen Pelayanan Medik di Rumah Sakit secara sederhana : adalah suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang merupakan bagian dari sistem pelayanan di Rumah Sakit.

2. Pelayanan Medik
a.     Tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, beban kerja yang ada dengan memperhitungkan kecenderungan (TREND) pada masa yang akan datang.
b.    Sumber daya lain yang dibutuhkan untuk terselenggaranya suatu pelayanan medis.
c.     Kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dengan memperhitungkan sumber daya potensial yang ada  maupun kendala yang mungkin terjadi. Berdasarkan "waktu" maka perencanaan kegiatan dapat harian, mingguan, bulanan, tahunan dan jangka panjang sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Dalam perencanaan kegiatan alangkah baiknya apabila Ruma h Sakit mempunyai skala prioritas dan mempunyai projek unggulan.



3. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik
a.    Gedung rawat jalan
b.    Rawat inap
c.    Ruang bedah
d.   UGD
e.    Penunjang medik radiologi
f.     Laboratorium
g.    Gizi dan lain lain yang harus memenuhi syarat sesuai dengan arsitektur Rumah Sakit yang berlaku.
h.    Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk terlaksananya pelayanan medik yang bermutu.

4. Pelaksanaan Pelayanan Medik
Hal penting yang mendasari pelayanan medis agar dihasilkan suatu pelayanan yang optimal yaitu Falsafah dan tujuan dalam arti Pelayanan medis yang diberikan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas Rumah Sakit secara optimal. Tujuan pelayanan medis adalah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar masing-masing profesi.

C. Manajemen Pelayanan Perawatan

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan.


1. Asuhan Keperawatan

a.    Pelayanan keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi, tugas, kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam praktek profesinya
b.    Asuhan keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanan keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien

Menurut Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :

a.    Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya.

b.    Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

c. Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.



d. Implementasi
Impelementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

e. Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.

D. Manajemen Pelayanan Penunjang Medik
Fungsi seorang manajer penunjang medik di bidang klinik utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk pelayanan  penunjang medik harus dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta tindakan itu dilakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas teknis yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan.
1.         Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan penunjang medik di rumah sakit menurut Jhon R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan kegiatan di masyarakat umum.
a. Pelayanan Penunjang Medik Diagnostik
1)   Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi, virologi, otopsi dan kamar jenazah.
2)   Diagnostik imaging : radiologi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan CT scan
3)   Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi jantung.
4)   Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan audiologi.
b. Pelayanan Penunjang Medik Terapeutik
1)   Farmasi
2)   Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang pulih 
3)   Ruang melahirkan/persalinan
4)   Unit gawat darurat
5)   Bank darah
6)   Rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.
7)   Pelayanan sosial
8)   Radioterapi
9)   Psikologi klinik
10)         Terapi di rumah penderita : homecare, hospice

E. Manajemen Pelayanan Farmasi

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
1. Tujuan Pelayanan Farmasi
a.         Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun  dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
b.         Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.         Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d.        Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e.         Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
f.          Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
g.         Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

2. Tugas pokok dan Fungsi
a.         Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b.        Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.         Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d.        Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e.         Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f.         Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g.        Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h.        Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit

3. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
a.  Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan  di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

b. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.

4. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi :
a.    Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b.    Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c.    Tanggal resep
d.   Ruangan/unit asal resep

5. Persyaratan Farmasi
a.    Bentuk dan kekuatan sediaan
b.    Dosis dan Jumlah obat
c.    Stabilitas dan ketersediaan
d.   Aturan, cara dan tehnik penggunaan

6. Pelayanan Informasi Obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

F. Manajemen Pelayanan Administrasi
Administrasi menurut John M. Echols dan Hassan Shadily  adalah hak atau ijin masuk bagi pasien yang berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien dirawat inap, baik yang berasal dari rawat darurat (emergency) atau rawat jalan (poliklinik). Admisi merupakan kegiatan yang sangat penting karena sebagai ujung tombak pelayanan rawat inap. Bagian ini mempunyai tanggung jawab dalam pendaftaran pra penerimaan pasien,penerimaan pasien dan dalam penentuan ruang perawatan.

1. Fungsi Administrasi di Rumah Sakit
Fungsi bagian Administrasi di Rumah Sakit adalah:
a.    Sebagai koordinator untuk penerimaan pasien di rawat inap baik yang berasal dari rawat  jalan (Poliklinik) maupun dari gawat darurat ( Emergency ).
b.    Melaksanakan instruksi rujukan dari rawat jalan dan emergency.
c.    Mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal sesuai dengan instruksi rujukan dan   kondisi yang ada.
d.   Menentukan posisi pasien dalam daftar tunggu ( Waiting List ) untuk mendapatkan pelayanan lain misalnya Penyinaran, pembedahan, dll.
Tata cara penerimaan pasien yang disebut admitting procedure harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin meningkatnya jumlah pasien, pimpinan rumah sakit harus memberikan perhatian yang konstan dalam membina sistem dan procedure penerimaan pasien yang sebaik-baiknya.

2. Tujuan Kegiatan Administrasi di Rumah Sakit

a.         Menentukan persyaratan pasien bisa masuk ke rumah sakit.
b.         Menerima pasien yang akan masuk bangsal rawat inap.
c.         Memproses perpindahan pasien antar bangsal perawatan di dalam rumah sakit tersebut, antar rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan yang lainnya.
d.        Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien.
e.         Mengelola daftar pasien yang menunggu termasuk pasien dalam waiting list.
f.          Mengantar pasien menuju ke bangsal dan menyerahkannya kepada kepala ruangan.
g.         Memberikan konsultasi keuangan kepada pasien sebelum atau pada awal  pendaftaran.

3. Peran Bagian Administrasi
Menurut Fendy (2000), dahulu peran bagian admisi amat sederhana, yaitu hanya meminta data faktual tentang pasien agar bisa masuk rumah sakit. Sekarang sengan perubahan pola pembiayaan (asuransi, perusahaan), cara pembayaran  (cash, credit card , transfer bank), aspek hukum dokumen rekam medis, maka  peran pengumpulan data ini menjadi semakin penting. Juga karena pasien pertama kali datang langsung berhadapan dengan bagian admisi, maka bagian ini bertanggung jawab terhadap pembentukan pola hubungan rumah sakit dengan calon pasien dan keluarganya. Kedalam rumah sakit bagian ini bertanggung jawab kepada dokter dan staf rumah sakit dalam memasukan pasien tersebut, sehingga komunikasi yang baik dan manajemen admisi pasien yang efektif menjadi keharusan bagi suatu rumah sakit. Citra rumah sakit dapat lebih baik dengan adanya brosur atau leaflet yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan, selama pasien dirawat. Juga apa yang menjadi hak dan kewajiban pasien perlu diterangkan kepada pasien dan keluarganya. Bagian admisi sangat berperan dalam meningkatkan citra rumah sakit karena kunjungan pertama dan terakhir umumnya akan ditangani oleh unit ini.

a)    Jenis Bagian Administrasi
jenis bagian administrasi terdiri dari:
1)   Administrasi terpusat, dimana penerimaan pasien rawat jalan dan rawat inap dalam satu area.
2)   Administrasi terpisah, penerimaan rawat jalan dan rawat inap dalam dua area/tempat terpisah.
b)   Ruang Lingkup Administrasi
Menurut Wolper (2001) yang dikutip dari Suryanti (2002), ruang lingkup admisi mencakup:
1)    Pengaturan jadwal pasien
2)    Penempatan pasien
3) Pendaftaran pendahuluan, pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran praktek dokter, ruang perawatan, ruang darurat.
4)  Evaluasi kemampuan keuangan dan konseling
5)  Penerimaan uang muka pasien
6)  Informasi kepada pasien
7)  Pembuatan sertifikat
8)  Surat kelahiran dan kematian
9)  Memproses formulir ijin perawatan, ijin memberikan informasi, perawatan
dan wasiat.    
10) Pembuatan sensus harian dan laporan khusus lainnya.
11) Memelihara sistem identifikasi pasien.
13) Hubungan dengan klien/pasien
14) Telekomunikasi
15) Transportasi pasien
16) Uji diagnostic
17) Pemasaran/penghubung dengan praktek dokter
18) Bidang lain, seperti manajemen rekening pasien, manajemen sumber daya,
kontrak perawatan terpadu, rencana pemulangan pasien, dan manajemen resiko

c. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Administrasi
tugas dan tanggung jawab bagian admisi adalah:
1) Pendaftaran pra administrasi
2) Pemeriksaan pra administrasi
3) Pendaftaran diterima di muka
4) Penjadwalan ruang operasi
5) Wawancara masalah keuangan pasien
6) Pembuatan sertifikat kelahiran
7) Penerimaan pasien
8) Penempatan/penentuan tempat tidur pasien (kamar rawat)
9)  Menghasilkan suatu informasi bagi departemen lain
10)Melaksanakan pendaftaran pasien unit gawat darurat
11)Memproses formulir persetujuan pasien dilakukan perawatan atau tindakan khusus
12) Membuat sensus harian pasien dan laporan-laporan lainnya.
13) Menganalisa lama hari rawat, jumlah penerimaan pasien
14) Mengatur dan menerima uang muka dari pasien
15) Mengantar pasien ke ruang perawatan

d.  Proses Pelaksanaan Administrasi
   Menurut Rowland (1984) yang dikutip dari Hendrayani (2000), siklus yang dimulai sejak sebelum pasien masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit adalah sebagai berikut :

1) Tahap Pra Penerimaan ( Pre Administrasi )
     a) Proses pra-penerimaan pasien
Menurut Rijadi (1997) yang dikutip dari Hendrayani 2000, proses pra-penerimaan pasien adalah pengumpulan data pribadi pasien dan data kemampuan keuangan/sumber pembiayaan sebelum pasien masuk rumah sakit. Data ini biasanya di dapat melalui surat atau telepon sebelum pasien masuk ke rumah sakit, untuk mendapatkan informasi tersebut dapat dipakai formulir pra penerimaan ( pre-admision form ). Tujuan utama dipakainya formulir tersebut adalah untuk mendapatkan informasi mengenai :
1. Identitas pasien dan latar belakang keluarganya.
2. Diagnosa saat masuk rumah sakit dan nama dokter yang akan merawatnya.
3. Informasi mengenai sumber pembiayaan pasien yang berhubungan dengan penataan rekening pasien.
Pra-registrasi menurut Wolper (2001) yang dikutip Suryanti (2002), secara tradisional merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses penerimaan pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses pendaftaran atau proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka informasi yang di dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak tepat.
Tujuan pra-penerimaan:
a)    Mempercepat proses penerimaan pasien sehingga pasien tidak  memerlukan waktu tunggu yang lama ketika masuk ke rumah sakit.
b)   Efisiensi pengaturan jadwal masuk pasien ke rumah sakit.
c)    Permintaaan khusus pasien ketika dirawat dapat disediakan sebelumnya.
d)   Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, radiology, yang dapat dilakukan sebelum pasien masuk rumah sakit pada bagian rawat jalan. Keuntungan pra-penerimaan pasien adalah:

1)      Mengurangi pembatalan operasi dengan mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium/radiology terlebih dahulu.
2)      Bagian laboratorium dan radiology dapat menjadwalkan pemeriksaan sesuai dengan   beban kerja mereka.
3)      Informasi hasil laboratorium dan radiology bermanfaat bagi dokter dalam mendiskusikan atau menentukan rencana tindakan sebelum pasien masuk  rumah sakit.
4)      Pemeriksaan laboratorium dan radiology akan mengurangi LOS dan mengurangi beban pasien dalam pembayaran, selain tempat tidur rumah sakit dapat digunakan untuk mereka yang betul-betul membutuhkannya.  Beberapa kasus tidak mungkin melakukan pre-admission, misalnya:
a.  Pasien terlampau lemah.
b.  Pasien rumahnya terlampau jauh.
c.  Kesulitan ijin pekerjaan
Secara keseluruhan pra penerimaan pasien adalah balok pembangunan yang memungkinkan pasien dan rumah sakit mencari pilihan keuangan sebelum menjalani perawatan guna menjamin pembayaran yang tuntas dan tepat waktu (Wolper (2001) yang dikutip dari Suryanti (2002)).
Menurut Wolper (2001), tahap pre-addmission secara tradisional merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses penerimaan pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses pendaftaran atau proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka informasi yang di dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak tepat.

2)  Tahap Penerimaan (Admission)
Pada tahap ini dapat dipakai sebagai kesempatan untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai pasien dalam waktu yang relative singkat. Wawancara dilakukan oleh petugas yang telah diberikan pelatihan dan menguasai peraturan rumah sakit dalam hal keuangan, menguasai seluk beluk peraturan asuransi dan pelayanan secara umum akan sangat berguna bagi pihak rumah sakit maupun pasien. Informasi yang di dapat harus dicatat pada tempat yang tepat. Apabila pasien tidak melalui tahap pra penerimaan misalnya pasien gawat darurat, seluruh informasi yang di dapat seperti tahap pra penerimaan harus dicatat dalam formulir penerimaan. Formulir penerimaan ini garis besarnya berisi informasi mengenai hal sebagai berikut:
a)         Nama dan alamat pasien
b)        Nama dan alamat penaggung jawab
c)         Surat jaminan
d)        Bila pembayaran dengan kartu kredit
e)         Besar deposit tertulis dengan jelas dalam ketentuan, juga ketentuan bahwa
Apabila deposit mencapai sekian persen maka akan dilakukan penagihan. (Djembarsari (1997) yang dikutip dari Hendrayani (2000)). Menurut Ernast dan Young (1991), kontak pertama pasien di rumah sakit ada pada bagian admisi, maka bila penanganannya kurang baik akan menimbulkan masalah yang cukup besar, bukan saja akan menurunkan citra rumah sakit di masyarakat, tetapi akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit.




G. Manajemen Pelayanan Diet / makanan di Rumah Sakit

Diet dalam istilah umum sesungguhnya memiliki dua makna, pertama sebagai makanan dan kedua pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita tetap sehat, Bila diet dilakukan di Rumah sakit tujuannya adalah untuk meningkatkan status nutrisi dan atau membantu kesembuhan pasien. Maka istilah yang lazim digunakan adalah diet rumah sakit.
Pengaturan makanan bagi orang sakit rawat inap di Rumah Sakit bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah dari perawatan dan pengobatan, akan tetapi ketiganya merupakan satu kesatuan dalam proses penyembuhan penyakit pasien antara Dokter, Perawat dan Ahli Gizi.
Di rumah sakit terdapat pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankan status nutrisi pasien tetapi juga mencegah permasalahan lain seperti diare akibat inteloransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan atau  mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit / cedera khususnya infeksi. Dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit / cideranya dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keadaan homeostasis yaitu keadaan seimbang dalam lingkungan internal tubuh yang normal / sehat.
Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut Rumah Sakit umumnya akan menyediakan ( Hartono, 2000 ) adalah :

1)   Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang, menurut keadaan penyakit dan status gizi masing – masing pasien.
2)   Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastro intestinal dan penyakit masing – masing pasien.
3)   Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak mengandung bahan yang bisa mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas, tidak mengandung bahan yang lengket, tidak terlalu pedas, asin, berminyak serta tidak terlalu panas atau dingin.
4)   Makanan yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna. Makanan alami jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau dikalengkan.
5)   Makanan dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembau.

a. Waktu Makan
Pada manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3 – 4 jam makan, sehingga setelah waktu tersebut sudah harus mendapatkan makanan, baik dalam bentuk makanan ringan atau berat.

b. Penampilan Hidangan
Masalah penyajian makanan kepada orang sakit lebih komplek dari pada makanan untuk orang sehat. Hal ini disebabkan oleh nafsu makan, kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang diderita, aktifitas fisik yang menurun dan reaksi obat – obatan disamping sebagian pasien harus menjalani diet.
























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien maka rumah sakit harus memiliki Manajemen pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, dan pelayanan diet / makanan yang sangat baik agar pasien merasa puas dan nyaman pada rumah sakit tersebut.
            Manajemen pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, dan pelayanan diet / makanan merupakan satu kesatuan sistem manajemen rumah sakit.

B. Kritik dan Saran
            Agar Mahasiswa dapat mengetahui tentang Manajemen Pelayanan Rawat Inap.










MAKALAH OMRS RAWAT INAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien menerima pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit sebagai provider, pasien akan merasa puas jika kualitas pelayanan rumah sakit lebih tinggi atau setidaknya sama dengan yang diharapkan pasien. Menelaah masalah kualitas pelayanan terutama pelayanan kesehatan di rumah sakit tidaklah mudah karena disatu sisi mempunyai tanggung jawab sosial dengan memberikan pelayanan kesehatan secara manusiawi, tetapi di sisi lain juga harus memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi menyangkut penyelenggaraan rumah sakit yang memerlukan biaya investasi, operasional dan pemeliharaan yang begitu besar. Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan tersebut.
Pelayanan medik khususnya medik spesialistik merupakan salah satu ciri dari Rumah Sakit yang membedakan antara Rumah Sakit dengan fasilitas pelayanan lainnya. Kontribusi pelayanan medik pada pelayanan di Rumah Sakit cukup besar dan menentukan ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek jenis pelayanan, aspek keuangan, pemasaran, etika dan hukum maupun administrasi dan manajemen Rumah Sakit itu sendiri. Bukan rahasia lagi pengaturan pelayanan medik khususnya medik spesialistik sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala, tenaga spesialis masih kurang dan belum merata di berbagai daerah di Indonesia, ketidak seimbangan tenaga medik dan sarana dan prasarana alat kesehatan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, berbagai peraturan yang belum dilaksanakan dengan baik, perilaku dokter sebagai tenaga medis dan lain-lain yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kualitas pelayanan medik di Rumah Sakit. Adanya krisis moneter yang saat ini melanda Negara Kita, pembiayaan kesehatan makin meningkat, sedangkan daya beli masyarakat makin menurun cukup mempengaruhi pelayanan Rumah Sakit khususnya pelayanan medik. Namun demikian keadaan ini jangan dijadikan alasan untuk menurunkan mutu pelayanan medik, kita harus tetap berpegang pada profesionalisme dan etika profesi. Apalagi saat ini telah terjadi reformasi di bidang kesehatan dimana profesionalisme merupakan salah satu strategi untuk mencapai visi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2015. Di lain pihak saat ini Rumah Sakit menghadapi era globalisasi dengan persaingan dari pihak Penanam Modal Asing yang lebih unggul baik dari segi sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana maupun keuangannya. Pelayanan medik dan keperawatan merupakan subsistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual. Cara pemberian pelayanan berbentuk suatu kerja sama yang menghasilkan pelayanan kepada pasien yang bersifat terus menerus selama 24 jam/hari dan 365 hari/tahun.
Dalam rangka koordinasi dan efisiensi, perlu diketahui persamaan, perbedaan maupun pemersatu dari masing-masing subsistem tersebut, sehingga dapat diwujudkan pengembangan pelayanan medik dan keperawatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian. Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah sakit.
Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah diupayakan penyelenggaraannya oleh petugas tidak bisa optimal ( PGRS, 2003 ). Menurut Moehyi (2002), beberapa faktor penyebab kekurangan gizi di Rumah Sakit umumnya karena dua sebab, pertama asupan gizi yang kurang bisa disebabkan oleh nafsu makan yang kurang sehingga intake berkurang dan kedua kerena infeksi penyakit. Upaya pemenuhan zat gizi bagi pasien di Rumah Sakit adalah tanggung jawab nutrisionis, preskripsi yang sesuai dengan tujuan pelayanan gizi Rumah Sakit akan tercapai bila tim asuhan gizi dibantu oleh panitia asuhan gizi bekerja dengan sebaik – baiknya (Catur, A 2003).




B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap ?

C. Tujuan
            1.  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit.
            2.  Untuk mengetahui tentang Manajemen Pelayanan Rawat Inap.





























BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Pelayanan Rawat Inap
1.    Pengertian Pelayanan Rawat Inap
Rawat inap  (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien (Posma 2001 yang dikutip dari Anggraini (2008).
a. Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai kebutuhan
b. Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:
1)      Apa yang mereka kehendaki
2)      Kapan mereka menghendaki
3)      Siapa yang ingin mereka temui
4)      Mengapa mereka menginginkannya
5)      Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan pekerjaan tersebut.

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI 1997 yang dikutip dari Suryanti (2002)).






2. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap
a. Penerimaan Pasien ( Admission )
b. Pelayanan Medik
c. Pelayanan Penunjang Medik
d. Pelayanan Perawatan
e. Pelayanan Obat
f. Pelayanan Makanan
g. Pelayanan Administrasi Keuangan

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:        
1)      Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat  tinggal di rumah sakit.
2)      Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan diagnosisnya. Tahap Treatment,yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan dalam program perawatan dan therapi.
3)      Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
4)      Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.

3. Sistem Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit
            a. Alur Proses Pelayanan Pasien di Unit Rawat Inap
        Alur proses pelayanan pasien unit rawat inap akan mengikuti alur sebagai berikut :
1) Bagian Penerimaan Pasien ( Admission Departement )
2) Ruang Perawatan
3) Bagian Administrasi dan Keuangan



4. Klasifikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
a.    Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu seperti berikut:
1)      Kelas Utama (termasuk VIP) 
2)      Kelas I
3)      Kelas II dan Kelas III
b.  Klasifikasi pasien berdasarkan kedatangannya
1)  pasien baru
2)  pasien lama
c.  Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1) Dikirim oleh dokter rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter luar
3) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
4) Datang atas kemauan sendiri

5. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a.    Penampilan keprofesian atau aspek klinis, Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainya.
b.    Efisiensi dan efektifitas, Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c.    Keselamatan Pasien, Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien
d.   Kepuasan Pasien, Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Jacobalis (1993), pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit erat kaitanya dengan:
a.    Dokter, perawat atau petugas kesehatan
b.    Aspek hubungan antar manusia.
c.    Kemanusiaan.
d.   Kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan.

e.    Peralatan dan perlengkapan.
f.     Biaya pengobatan.

6. Tujuan Pelayanan Rawat Inap
a.    Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya.
b.    Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik antara unit maupun antara profesi.
c.    Menyediakan tempat/ latihan/ praktek bagi siswa perawat.
d.   Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk meningkatkan keterampilannya dalam hal keperawatan.
e.    Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan berkembangnya gagasan yang kreatif.
f.     Mengandalkan evaluasi yang terus menerus mengenai metode keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.
g.    Memanfaatkan hasil evaluasi tersebut sebagai alat peningkatan atau perbaikan praktek keperawatan dipergunakan.

7Ruang pasien rawat inap
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.
8. Ruang Post Perawat
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
9. Ruang Konsultasi
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya.

10.  Ruang Tindakan
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun non-invasive.

B. Manajemen Pelayanan Medik
1.         Manajemen Pelayanan Medik
a.    Menurut PP No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga kesehatan
b.    Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis adalah lulusan Fakultas Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna" yang memberikan pelayanan medik dan penunjang medik.
c.    Pelayanan medik di Rumah Sakit : adalah salah satu jenis pelayanan Rumah Sakit yang diberikan oleh tenaga medik.
d.   Manajemen Pelayanan Medik di Rumah Sakit secara sederhana : adalah suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang merupakan bagian dari sistem pelayanan di Rumah Sakit.

2. Pelayanan Medik
a.     Tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, beban kerja yang ada dengan memperhitungkan kecenderungan (TREND) pada masa yang akan datang.
b.    Sumber daya lain yang dibutuhkan untuk terselenggaranya suatu pelayanan medis.
c.     Kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dengan memperhitungkan sumber daya potensial yang ada  maupun kendala yang mungkin terjadi. Berdasarkan "waktu" maka perencanaan kegiatan dapat harian, mingguan, bulanan, tahunan dan jangka panjang sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Dalam perencanaan kegiatan alangkah baiknya apabila Ruma h Sakit mempunyai skala prioritas dan mempunyai projek unggulan.



3. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik
a.    Gedung rawat jalan
b.    Rawat inap
c.    Ruang bedah
d.   UGD
e.    Penunjang medik radiologi
f.     Laboratorium
g.    Gizi dan lain lain yang harus memenuhi syarat sesuai dengan arsitektur Rumah Sakit yang berlaku.
h.    Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk terlaksananya pelayanan medik yang bermutu.

4. Pelaksanaan Pelayanan Medik
Hal penting yang mendasari pelayanan medis agar dihasilkan suatu pelayanan yang optimal yaitu Falsafah dan tujuan dalam arti Pelayanan medis yang diberikan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas Rumah Sakit secara optimal. Tujuan pelayanan medis adalah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar masing-masing profesi.

C. Manajemen Pelayanan Perawatan

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan.


1. Asuhan Keperawatan

a.    Pelayanan keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi, tugas, kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam praktek profesinya
b.    Asuhan keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanan keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien

Menurut Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :

a.    Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya.

b.    Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

c. Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.



d. Implementasi
Impelementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

e. Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.

D. Manajemen Pelayanan Penunjang Medik
Fungsi seorang manajer penunjang medik di bidang klinik utamanya adalah menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk pelayanan  penunjang medik harus dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta tindakan itu dilakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas teknis yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan.
1.         Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan penunjang medik di rumah sakit menurut Jhon R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan kegiatan di masyarakat umum.
a. Pelayanan Penunjang Medik Diagnostik
1)   Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi, virologi, otopsi dan kamar jenazah.
2)   Diagnostik imaging : radiologi, tomografi, radioisotop, ultra-sonografi dan CT scan
3)   Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes fungsi paru dan kateterisasi jantung.
4)   Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan audiologi.
b. Pelayanan Penunjang Medik Terapeutik
1)   Farmasi
2)   Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang pulih 
3)   Ruang melahirkan/persalinan
4)   Unit gawat darurat
5)   Bank darah
6)   Rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.
7)   Pelayanan sosial
8)   Radioterapi
9)   Psikologi klinik
10)         Terapi di rumah penderita : homecare, hospice

E. Manajemen Pelayanan Farmasi

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
1. Tujuan Pelayanan Farmasi
a.         Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun  dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia
b.         Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.         Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d.        Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e.         Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
f.          Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
g.         Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

2. Tugas pokok dan Fungsi
a.         Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b.        Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.         Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d.        Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e.         Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f.         Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g.        Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h.        Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit

3. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
a.  Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan  di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

b. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.

4. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi :
a.    Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b.    Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c.    Tanggal resep
d.   Ruangan/unit asal resep

5. Persyaratan Farmasi
a.    Bentuk dan kekuatan sediaan
b.    Dosis dan Jumlah obat
c.    Stabilitas dan ketersediaan
d.   Aturan, cara dan tehnik penggunaan

6. Pelayanan Informasi Obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

F. Manajemen Pelayanan Administrasi
Administrasi menurut John M. Echols dan Hassan Shadily  adalah hak atau ijin masuk bagi pasien yang berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien dirawat inap, baik yang berasal dari rawat darurat (emergency) atau rawat jalan (poliklinik). Admisi merupakan kegiatan yang sangat penting karena sebagai ujung tombak pelayanan rawat inap. Bagian ini mempunyai tanggung jawab dalam pendaftaran pra penerimaan pasien,penerimaan pasien dan dalam penentuan ruang perawatan.

1. Fungsi Administrasi di Rumah Sakit
Fungsi bagian Administrasi di Rumah Sakit adalah:
a.    Sebagai koordinator untuk penerimaan pasien di rawat inap baik yang berasal dari rawat  jalan (Poliklinik) maupun dari gawat darurat ( Emergency ).
b.    Melaksanakan instruksi rujukan dari rawat jalan dan emergency.
c.    Mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal sesuai dengan instruksi rujukan dan   kondisi yang ada.
d.   Menentukan posisi pasien dalam daftar tunggu ( Waiting List ) untuk mendapatkan pelayanan lain misalnya Penyinaran, pembedahan, dll.
Tata cara penerimaan pasien yang disebut admitting procedure harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin meningkatnya jumlah pasien, pimpinan rumah sakit harus memberikan perhatian yang konstan dalam membina sistem dan procedure penerimaan pasien yang sebaik-baiknya.

2. Tujuan Kegiatan Administrasi di Rumah Sakit

a.         Menentukan persyaratan pasien bisa masuk ke rumah sakit.
b.         Menerima pasien yang akan masuk bangsal rawat inap.
c.         Memproses perpindahan pasien antar bangsal perawatan di dalam rumah sakit tersebut, antar rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan yang lainnya.
d.        Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien.
e.         Mengelola daftar pasien yang menunggu termasuk pasien dalam waiting list.
f.          Mengantar pasien menuju ke bangsal dan menyerahkannya kepada kepala ruangan.
g.         Memberikan konsultasi keuangan kepada pasien sebelum atau pada awal  pendaftaran.

3. Peran Bagian Administrasi
Menurut Fendy (2000), dahulu peran bagian admisi amat sederhana, yaitu hanya meminta data faktual tentang pasien agar bisa masuk rumah sakit. Sekarang sengan perubahan pola pembiayaan (asuransi, perusahaan), cara pembayaran  (cash, credit card , transfer bank), aspek hukum dokumen rekam medis, maka  peran pengumpulan data ini menjadi semakin penting. Juga karena pasien pertama kali datang langsung berhadapan dengan bagian admisi, maka bagian ini bertanggung jawab terhadap pembentukan pola hubungan rumah sakit dengan calon pasien dan keluarganya. Kedalam rumah sakit bagian ini bertanggung jawab kepada dokter dan staf rumah sakit dalam memasukan pasien tersebut, sehingga komunikasi yang baik dan manajemen admisi pasien yang efektif menjadi keharusan bagi suatu rumah sakit. Citra rumah sakit dapat lebih baik dengan adanya brosur atau leaflet yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan, selama pasien dirawat. Juga apa yang menjadi hak dan kewajiban pasien perlu diterangkan kepada pasien dan keluarganya. Bagian admisi sangat berperan dalam meningkatkan citra rumah sakit karena kunjungan pertama dan terakhir umumnya akan ditangani oleh unit ini.

a)    Jenis Bagian Administrasi
jenis bagian administrasi terdiri dari:
1)   Administrasi terpusat, dimana penerimaan pasien rawat jalan dan rawat inap dalam satu area.
2)   Administrasi terpisah, penerimaan rawat jalan dan rawat inap dalam dua area/tempat terpisah.
b)   Ruang Lingkup Administrasi
Menurut Wolper (2001) yang dikutip dari Suryanti (2002), ruang lingkup admisi mencakup:
1)    Pengaturan jadwal pasien
2)    Penempatan pasien
3) Pendaftaran pendahuluan, pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran praktek dokter, ruang perawatan, ruang darurat.
4)  Evaluasi kemampuan keuangan dan konseling
5)  Penerimaan uang muka pasien
6)  Informasi kepada pasien
7)  Pembuatan sertifikat
8)  Surat kelahiran dan kematian
9)  Memproses formulir ijin perawatan, ijin memberikan informasi, perawatan
dan wasiat.    
10) Pembuatan sensus harian dan laporan khusus lainnya.
11) Memelihara sistem identifikasi pasien.
13) Hubungan dengan klien/pasien
14) Telekomunikasi
15) Transportasi pasien
16) Uji diagnostic
17) Pemasaran/penghubung dengan praktek dokter
18) Bidang lain, seperti manajemen rekening pasien, manajemen sumber daya,
kontrak perawatan terpadu, rencana pemulangan pasien, dan manajemen resiko

c. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Administrasi
tugas dan tanggung jawab bagian admisi adalah:
1) Pendaftaran pra administrasi
2) Pemeriksaan pra administrasi
3) Pendaftaran diterima di muka
4) Penjadwalan ruang operasi
5) Wawancara masalah keuangan pasien
6) Pembuatan sertifikat kelahiran
7) Penerimaan pasien
8) Penempatan/penentuan tempat tidur pasien (kamar rawat)
9)  Menghasilkan suatu informasi bagi departemen lain
10)Melaksanakan pendaftaran pasien unit gawat darurat
11)Memproses formulir persetujuan pasien dilakukan perawatan atau tindakan khusus
12) Membuat sensus harian pasien dan laporan-laporan lainnya.
13) Menganalisa lama hari rawat, jumlah penerimaan pasien
14) Mengatur dan menerima uang muka dari pasien
15) Mengantar pasien ke ruang perawatan

d.  Proses Pelaksanaan Administrasi
   Menurut Rowland (1984) yang dikutip dari Hendrayani (2000), siklus yang dimulai sejak sebelum pasien masuk rumah sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit adalah sebagai berikut :

1) Tahap Pra Penerimaan ( Pre Administrasi )
     a) Proses pra-penerimaan pasien
Menurut Rijadi (1997) yang dikutip dari Hendrayani 2000, proses pra-penerimaan pasien adalah pengumpulan data pribadi pasien dan data kemampuan keuangan/sumber pembiayaan sebelum pasien masuk rumah sakit. Data ini biasanya di dapat melalui surat atau telepon sebelum pasien masuk ke rumah sakit, untuk mendapatkan informasi tersebut dapat dipakai formulir pra penerimaan ( pre-admision form ). Tujuan utama dipakainya formulir tersebut adalah untuk mendapatkan informasi mengenai :
1. Identitas pasien dan latar belakang keluarganya.
2. Diagnosa saat masuk rumah sakit dan nama dokter yang akan merawatnya.
3. Informasi mengenai sumber pembiayaan pasien yang berhubungan dengan penataan rekening pasien.
Pra-registrasi menurut Wolper (2001) yang dikutip Suryanti (2002), secara tradisional merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses penerimaan pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses pendaftaran atau proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka informasi yang di dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak tepat.
Tujuan pra-penerimaan:
a)    Mempercepat proses penerimaan pasien sehingga pasien tidak  memerlukan waktu tunggu yang lama ketika masuk ke rumah sakit.
b)   Efisiensi pengaturan jadwal masuk pasien ke rumah sakit.
c)    Permintaaan khusus pasien ketika dirawat dapat disediakan sebelumnya.
d)   Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, radiology, yang dapat dilakukan sebelum pasien masuk rumah sakit pada bagian rawat jalan. Keuntungan pra-penerimaan pasien adalah:

1)      Mengurangi pembatalan operasi dengan mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium/radiology terlebih dahulu.
2)      Bagian laboratorium dan radiology dapat menjadwalkan pemeriksaan sesuai dengan   beban kerja mereka.
3)      Informasi hasil laboratorium dan radiology bermanfaat bagi dokter dalam mendiskusikan atau menentukan rencana tindakan sebelum pasien masuk  rumah sakit.
4)      Pemeriksaan laboratorium dan radiology akan mengurangi LOS dan mengurangi beban pasien dalam pembayaran, selain tempat tidur rumah sakit dapat digunakan untuk mereka yang betul-betul membutuhkannya.  Beberapa kasus tidak mungkin melakukan pre-admission, misalnya:
a.  Pasien terlampau lemah.
b.  Pasien rumahnya terlampau jauh.
c.  Kesulitan ijin pekerjaan
Secara keseluruhan pra penerimaan pasien adalah balok pembangunan yang memungkinkan pasien dan rumah sakit mencari pilihan keuangan sebelum menjalani perawatan guna menjamin pembayaran yang tuntas dan tepat waktu (Wolper (2001) yang dikutip dari Suryanti (2002)).
Menurut Wolper (2001), tahap pre-addmission secara tradisional merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses penerimaan pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses pendaftaran atau proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka informasi yang di dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak tepat.

2)  Tahap Penerimaan (Admission)
Pada tahap ini dapat dipakai sebagai kesempatan untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai pasien dalam waktu yang relative singkat. Wawancara dilakukan oleh petugas yang telah diberikan pelatihan dan menguasai peraturan rumah sakit dalam hal keuangan, menguasai seluk beluk peraturan asuransi dan pelayanan secara umum akan sangat berguna bagi pihak rumah sakit maupun pasien. Informasi yang di dapat harus dicatat pada tempat yang tepat. Apabila pasien tidak melalui tahap pra penerimaan misalnya pasien gawat darurat, seluruh informasi yang di dapat seperti tahap pra penerimaan harus dicatat dalam formulir penerimaan. Formulir penerimaan ini garis besarnya berisi informasi mengenai hal sebagai berikut:
a)         Nama dan alamat pasien
b)        Nama dan alamat penaggung jawab
c)         Surat jaminan
d)        Bila pembayaran dengan kartu kredit
e)         Besar deposit tertulis dengan jelas dalam ketentuan, juga ketentuan bahwa
Apabila deposit mencapai sekian persen maka akan dilakukan penagihan. (Djembarsari (1997) yang dikutip dari Hendrayani (2000)). Menurut Ernast dan Young (1991), kontak pertama pasien di rumah sakit ada pada bagian admisi, maka bila penanganannya kurang baik akan menimbulkan masalah yang cukup besar, bukan saja akan menurunkan citra rumah sakit di masyarakat, tetapi akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit.




G. Manajemen Pelayanan Diet / makanan di Rumah Sakit

Diet dalam istilah umum sesungguhnya memiliki dua makna, pertama sebagai makanan dan kedua pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita tetap sehat, Bila diet dilakukan di Rumah sakit tujuannya adalah untuk meningkatkan status nutrisi dan atau membantu kesembuhan pasien. Maka istilah yang lazim digunakan adalah diet rumah sakit.
Pengaturan makanan bagi orang sakit rawat inap di Rumah Sakit bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri dan terpisah dari perawatan dan pengobatan, akan tetapi ketiganya merupakan satu kesatuan dalam proses penyembuhan penyakit pasien antara Dokter, Perawat dan Ahli Gizi.
Di rumah sakit terdapat pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankan status nutrisi pasien tetapi juga mencegah permasalahan lain seperti diare akibat inteloransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan atau  mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit / cedera khususnya infeksi. Dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit / cideranya dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keadaan homeostasis yaitu keadaan seimbang dalam lingkungan internal tubuh yang normal / sehat.
Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut Rumah Sakit umumnya akan menyediakan ( Hartono, 2000 ) adalah :

1)   Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang, menurut keadaan penyakit dan status gizi masing – masing pasien.
2)   Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastro intestinal dan penyakit masing – masing pasien.
3)   Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak mengandung bahan yang bisa mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas, tidak mengandung bahan yang lengket, tidak terlalu pedas, asin, berminyak serta tidak terlalu panas atau dingin.
4)   Makanan yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna. Makanan alami jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau dikalengkan.
5)   Makanan dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembau.

a. Waktu Makan
Pada manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3 – 4 jam makan, sehingga setelah waktu tersebut sudah harus mendapatkan makanan, baik dalam bentuk makanan ringan atau berat.

b. Penampilan Hidangan
Masalah penyajian makanan kepada orang sakit lebih komplek dari pada makanan untuk orang sehat. Hal ini disebabkan oleh nafsu makan, kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang diderita, aktifitas fisik yang menurun dan reaksi obat – obatan disamping sebagian pasien harus menjalani diet.
























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien maka rumah sakit harus memiliki Manajemen pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, dan pelayanan diet / makanan yang sangat baik agar pasien merasa puas dan nyaman pada rumah sakit tersebut.
            Manajemen pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, dan pelayanan diet / makanan merupakan satu kesatuan sistem manajemen rumah sakit.

B. Kritik dan Saran
            Agar Mahasiswa dapat mengetahui tentang Manajemen Pelayanan Rawat Inap.